BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap detiknya Bumi
kita selalu dilewati oleh partikel berenergi tinggi yang disebut dengan Sinar
Kosmik. Sinar kosmik diprediksi berasal dari ledakan supernova yang
menghasilkan beragam partikel, salah satunya adalah partikel kosmik. Dalam
partikel kosmik ini terdapat sub atom seperti proton, helium (partikel alpha),
dan elektron. Dimana masing-masing sub atom memiliki persentase yang
berbeda-beda yang terkandung dalam sinar kosmik. Sinar kosmik yang masuk ke
dalam atmosfer Bumi akan bertabrakan dengan partikel dalam atmosfer seperti
oksigen dan nitrogen dan akan mengakibatkan hujan sinar kosmik.
Aliran sinar kosmik
sendiri dipengaruhi oleh arah medan angin matahari, dimana medan magnet Bumi akan
berperan mengalihkan sebagian dari sinar kosmik ini, sehingga menimbulkan
pengamatan bahwa aliran ini rupanya tergantung pada lintang, bujur, dan sudut
azimut. Garis-garis medan magnet ini membelokkan sinar kosmik ke arah kutub,
sehingga menimbulkan aurora.
Sinar kosmik selalu menimbulkan radiasi. Jenis radiasi
yang ditimbulkan oleh sinar kosmik ini berupa radiasi partikel. Dimana radiasi
partikel adalah pancaran energi dalam bentuk energi kinetik yang dibawa
oleh partikel-partikel bermassa, seperti elektron, dan sebagainya. Penting
untuk kita mengetahui radiasi yang ditimbulkan oleh sinar kosmik ini, mengingat
setiap saat Bumi kita selalu dihujani oleh sinar kosmik. Energi sinar kosmik
yang paling besar adalah terdapat di tempat tertinggi Bumi.
Dalam makalah ini akan disampaikan banyak informasi
mengenai sinar kosmik hingga radiasi yang ditimbulkannya. Radiasi yang
ditimbulakan hampir sama dengan radiasi yang ditimbulkan partikel lainnya.
Karna sinar kosmik tersusun atas partikel seperti elektron, proton, maupun
partikel alpha.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana sejarah penemuan sinar kosmik
?
2.
Apa pengertian sinar kosmik ?
3.
Bagaimana spektrum energi untuk sinar kosmik ?
4.
Apa komposisi penyusun sinar kosmik ?
5.
Bagaimana aliran sinar kosmik ?
6.
Bagaimana teknik mendeteksi sinar kosmik
di permukaan Bumi ?
7.
Apa jenis radiasi yang ditimbulkan oleh
sinar kosmik ?
8.
Bagaimana efek radiasi secara umum
terhadap tubuh manusia ?
BAB
II
ISI
2.1
Penemuan Sinar Kosmik
Adanya radiasi
kosmik (energi dalam bentuk gelombang atau partikel) pertama kali ditemukan
pada tahun 1912 oleh fisikawan Austria-Amerika Victor Hess selama penerbangan
balon udara panas. Hess mencoba untuk mengukur latar belakang radiasi yang
tampaknya datang dari mana-mana. Semakin tinggi balon terbang, maka lebih banyak radiasi yang ia temukan. Hess menyimpulkan
bahwa ada radiasi yang masuk ke atmosfer kita berasal dari luar angkasa. Meskipun
fisikawan Amerika Robert A. Millikan menamai partikel energi ini dengan “sinar kosmik” pada tahun 1925, namun diapun tidak tahu terbuat dari apa partikel energi ini. Sejak beberapa dekade, fisikawan
telah banyak mempelajari tentang sinar kosmik ini.
Sepuluh tahun terakhir, para ilmuwan melakukan sebuah
percobaan ambisius. Percobaan itu berupaya menjelaskan sinar kosmik dan
partikel yang sulit dipahami, yang dikenal sebagai neutrino. Mereka mengubur
ribuan sensor di bawah permukaan es Antartika sepanjang lebih dari satu mil.
Sensor itu untuk merekam kilatan cahaya biru yang dilepaskan pada saat sinar
dan partikel berenergi tinggi bertabrakan dengan atom dalam es.
Dengan merekam pola cahaya dari tabrakan, itu memungkinkan
para ilmuwan untuk menentukan dari galaksi manakah mereka berasal.
Analisa tersebut dibangun berdasarkan hasil Ice
Cube Neutrino Observatory, atau yang disebut dengan 'Teleskop' oleh
ilmuwan, yang dibangun jauh di dasar lapisan es Antartika. Para ilmuwan
berharap bahwa ketika observatorium selesai, mereka nantinya dapat
mengidentifikasi aliran energi tinggi sinar kosmik dan neutrino yang melewati
galaksi secara akurat. "Sinar Kosmik ditemukan 100 tahun lalu, tetapi kita
masih tidak tahu dari mana mereka berasal" kata Profesor Subir Sarkar,
seorang astrofisikawan di Oxford
University yang memimpin keterlibatan Inggris pada percobaan Ice Cube.
Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa
luar yang diduga berasal dari sisa-sisa bintang mati. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa sinar kosmik galaksi dapat mengubah iklim bumi, mempengaruhi
cuaca, memicu badai dan menutupi awan. Belum ada jawaban yang pasti akan teori
ini. Namun, ilmuwan berharap agar mereka menemukan jawabannya lewat eksperimen IceCube. Antartika adalah tempat terbaik
untuk melakukan eksperimen ini. Dikarnakan permukaan es-nya sangat jelas,
hampir sepenuhnya bebas dari gelembung udara dan distorsi lainnya.
Sinar kosmik tersusun dari aneka ragam partikel sub atom.
Ini artinya mereka adalah partikel yang merupakan bagian dari atom atau lebih
kecil dari atom. Sebagian besar sinar kosmik adalah proton. Yang lainnya
tersusun dari inti beberapa jenis atom, sehingga memiliki proton dan neutron.
Yang paling umum adalah inti atom helium, yang memiliki 2 proton dan 2 neutron
(partikel alpha). Yang lain adalah inti karbon, oksigen, besi, kalsium dan tipe
atom lainnya. Sejumlah kecil sinar kosmik adalah elektron. Tidak peduli apa,
sinar kosmik bergerak sangat cepat dan memiliki energi sangat besar. Kebanyakan
partikel yang mencapai Bumi terbentuk ketika radiasi dari luar angkasa
berinteraksi dengan partikel yang ada di atmosfer dan dihambat oleh lapisan
ozon.
2.2
Pengertian dan Sumber Sinar Kosmik
Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari
partikel bermuatan berenergi tinggi yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar
kosmik dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom seperti besi atau
yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel tersebut berasal dari proses-proses
energi tinggi di dalam galaksi, misalnya seperti supernova. Dalam
perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan medium antarbintang dan
kemudian atmosfer bumi sebelum mencapai detektor.
Sumber radiasi kosmik (kosmogenesis)
berasal dari luar sistem tata surya kita, dan dapat berupa berbagai macam
radiasi. Radiasi kosmik ini berinteraksi dengan atmosfir bumi dan membentuk
nuklida radioaktif yang sebagian besar mempunyai umur-paro pendek, walaupun ada
juga yang mempunyai umur-paro panjang. Radiasi kosmik juga sebuah bentuk
radiasi elektromagnet yang ada di seluruh alam semesta. Radiasi kosmik adalah
salah satu sumber utama radiasi latar belakang di Bumi. Radiasi latar belakang
adalah radiasi yang selalu ada di lingkungan; ia dapat berasal dari sumber alam
seperti gas radon dan dari sumber buatan manusia seperti pembangkit listrik
tenaga nuklir. Radiasi latar belakang kosmik khusus ada di lingkungan yang
berasal dari matahari dan sumber lain di luar angkasa. Sumber lain radiasi
kosmik yang paling penting bagi astronomi adalah radiasi latar belakang
gelombang mikro kosmik (CMB) karena berasal langsung dari Big Bang.
2.3 Spektrum
Energi untuk Sinar Kosmik
Berbagai energi
partikel mencerminkan berbagai sumber. Ada bukti bahwa sinar kosmik dengan
energi yang sangat tinggi dihasilkan selama periode jauh lebih lama dari
ledakan sebuah bintang tunggal atau peristiwa galaksi tiba-tiba. Mekanisme
tidak jelas produksi sinar kosmis pada galaksi ini adalah sebagian hasil dari
fakta bahwa medan magnet di galaksi kita dan galaksi lain berbentuk tikungan,
sehingga sinar kosmik tiba hampir secara acak dari segala arah. Sinar kosmik
dapat memiliki energi lebih dari 1020 eV, jauh lebih tinggi dari 1012-1013 eV dari
yang dihasilkan oleh akselerator partikel Terestrial.
Sinar kosmik yang
diperkaya dengan lithium, berilium, dan boron berkaitan dengan kelimpahan
relatif dari unsur-unsur di alam semesta dibandingkan dengan hidrogen dan
helium, dan dengan demikian dianggap memiliki peran utama dalam sintesis ketiga
unsur melalui proses "sinar kosmik nukleosintesis ". Mereka juga
menghasilkan beberapa isotop stabil dan radioisotop cosmogenic di Bumi, seperti
karbon-14. Dalam sejarah fisika partikel, sinar kosmik adalah sumber penemuan
positron, muon, dan pi meson.
Sinar kosmik membentuk
bagian dari radiasi latar belakang alam di Bumi, rata-rata sekitar 10-15% dari
itu. Namun, orang yang hidup di ketinggian yang lebih tinggi dapat memperoleh
beberapa kali lebih banyak radiasi kosmik dari pada permukaan laut, dan awak
penerbangan jarak jauh dapat melipatgandakan radiasi pengion paparan tahunan
mereka. Karena intensitas sinar kosmik jauh lebih besar di luar atmosfer bumi
dan medan magnet, diharapkan memiliki dampak besar pada desain pesawat ruang
angkasa yang aman dapat mengangkut manusia dalam ruang antarplanet.
2.4 Komposisi Sinar Kosmik
Sinar kosmik secara
luas dapat dibagi menjadi dua kategori yakni:
(1) Sinar
kosmik yang berasal dari sumber astrofisika adalah sinar kosmik primer.
(2) Sinar
kosmik primer yang berinteraksi dengan antar materi kemudian menciptakan sinar
kosmik sekunder.
Matahari juga
memancarkan sinar kosmik energi yang rendah terkait dengan jilatan api
matahari. Hampir 90% sinar kosmik proton, sekitar 9% adalah inti helium (alfa
partikel) dan hampir 1% adalah elektron. Rasio hidrogen untuk inti helium (28%)
adalah sama sebagai rasio kelimpahan primordial unsur elemen ini (24%). Fraksi
yang tersisa terdiri dari inti berat lainnya yang berupa produk akhir sintesis
nuklir, produk dari Big Bang, terutama lithium, berilium, dan boron. Inti
cahaya muncul dalam sinar kosmik dalam kelimpahan yang jauh lebih besar
dibandingkan pada atmosfer matahari, di mana kelimpahan mereka adalah sekitar
10-9% helium.
Perbedaan kelimpahan
adalah hasil dari sinar kosmik sekunder terbentuk. Karbon dan oksigen inti
bertabrakan dengan materi antar bintang untuk membentuk lithium, berilium dan
boron dalam proses yang disebut spallation
sinar kosmik. Spallation juga
bertanggung jawab untuk menunjukkan jumlah ion skandium, titanium, vanadium,
dan mangan dalam sinar kosmik yang dihasilkan oleh tabrakan inti besi dan nikel
dengan materi antar bintang.
Eksperimen satelit
telah menemukan bukti dari beberapa antiproton dan positron dalam sinar kosmik
primer, meskipun tidak ada bukti dari inti atom antimateri kompleks, seperti
anti-helium inti (anti-alpha) partikel. Antiproton tiba di Bumi dengan maksimal
energi karakteristik dari 2 GeV, menunjukkan produksi mereka dalam proses
fundamental berbeda dari proton sinar kosmis.
2.5
Aliran Sinar Kosmik
Fluks
sinar kosmik yang masuk pada bagian atas atmosfer tergantung pada angin
matahari, medan magnet bumi, dan energi dari sinar kosmik. Angin matahari
berkurang kecepatannya maka partikel yang masuk dan beberapa blok partikel
dengan energi sekitar 1 GeV. Jumlah angin matahari tidak konstan karena
perubahan aktivitas matahari. Dengan demikian, tingkat fluks sinar kosmik
bervariasi dengan aktivitas matahari. Medan magnet bumi mengalihkan sebagian
dari sinar kosmik, sehingga menimbulkan pengamatan bahwa fluks ini rupanya
tergantung pada lintang, bujur, dan sudut azimut. Garis-garis medan magnet membelokkan
sinar kosmik ke arah kutub, sehingga menimbulkan aurora.
Di masa lalu, diyakini
bahwa fluks sinar kosmik tetap cukup konstan sepanjang waktu. Namun, penelitian
terbaru menunjukkan 1,5 sampai 2 kali lipat milenium-skala waktu perubahan
fluks sinar kosmik dalam 40.000 tahun terakhir. Besarnya energi fluks sinar
kosmik di ruang antar bintang sangat sebanding dengan energi lain di ruang
dalam: rata-rata kepadatan energi sinar kosmik sekitar 1 eV/cm3,
yang sebanding untuk kepadatan energi dari cahaya bintang sebesar 0,3 eV/cm3,
kepadatan energi magnetik bidang galaksi (diasumsikan 3 microgauss) yakni
sekitar 0,25 eV/cm3.
Namun, sinar kosmik,
tidak seperti komponen energi lain, terdiri dari partikel pengion dan ini jauh
lebih merusak proses biologi. Sebagaimana dicatat, sinar kosmik menghasilkan
rata-rata 10-15% dari radiasi latar belakang pengion pada manusia di Bumi,
tetapi ini dapat berkali-kali lebih besar untuk orang yang hidup pada
ketinggian yang lebih tinggi.
2.6 Deteksi Pada Sinar Kosmik
a. Deteksi oleh
partikel track-etch teknik
Dalam teknik perintis yang dikembangkan oleh Robert
Fleischer, P. Buford dan Robert M. Walker, lembar plastik bening, seperti 1/4
mil Lexan polikarbonat ditumpuk bersama-sama dan terkena langsung sinar kosmik di
tempat dataran tinggi. Muatan inti menyebabkan ionisasi dalam plastik. Namun
pada bagian atas tumpukan plastik, ionisasi sedikit karena kecepatan tinggi
sinar kosmik. Kecepatan sinar kosmik menurun karena perlambatan dalam tumpukan
yang menyebabkan ionisasi meningkat sepanjang tumpukan.
Lembaran plastik yang dihasilkan
"tergores" perlahan dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida
hangat kaustik. Natrium hidroksida kaustik larut di tingkat yang lebih cepat di
sepanjang tumpukan plastik terionisasi. Hasil akhirnya adalah sebuah lubang
berbentuk kerucut atau lubang etch di plastik. Lubang etch ini diukur dalam
mikroskop daya tinggi (biasanya 1600X minyak imersi), dan tingkat etch diplot
sebagai fungsi dari kedalaman dalam tumpukan plastic. Ini menghasilkan kurva
unik untuk setiap inti atom dari Z192, dan memungkinkan identifikasi
baik energi dari sinar kosmik yang melintasi tumpukan plastik. Semakin luas
ionisasi sepanjang tumpukan, maka semakin tinggi energinya. Teknik ini telah
digunakan tidak untuk mendeteksi hanya
sinar kosmik, tapi fisi inti produk untuk detektor neutron.
b.
Deteksi dengan mandi udara
Ketika sinar kosmik
memasuki atmosfir bumi mereka bertabrakan dengan molekul, terutama oksigen dan
nitrogen untuk menghasilkan riam miliaran partikel yang lebih ringan hal ini di
sebut dengan mandi udara. Semua partikel yang dihasilkan tetap dalam waktu
sekitar satu derajat jalan partikel primer. Partikel khas yang diproduksi pada tabrakan
tersebut misalnya positif dan negatif pion dan kaons. Ini kemudian membusuk
menjadi muon yang mudah terdeteksi oleh berbagai jenis detektor partikel.
Sebuah piranti
pendeteksi sinar kosmik dan bahkan mungkin sekaligus melacak kehadiran Dark
Matter telah mengorbit pada wahana Endeavour. Detektor tersebut bernama Alpha Magnetic Spectrometer (AMS), hasil
rancangan nobelis fisika Samuel
Ting.
AMS akan segera diinstal pada stasiun ruang angkasa internasional ISS (International
Space Station). Ting merancang AMS pada tahun 90-an, tapi mengalami
sejumlah kendala sehingga tertunda, salah satunya karena musibah yang menimpa
ruang angkasa Columbia saat masuk ke atmosfer Bumi tahun
2003.
Peluncuran
AMS juga menandai akhir dari era eksplorasi ruang angkasa karena ini merupakan
misi terakhir program wahana ulang-alik NASA. Peluncuran dilakukan dari Kennedy Space Center di Florida
disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang memimpin perayaan
peringatan 30 tahun program wahana ruang angkasa NASA. Detektor AMS menggunakan
magnet silinder 0,15 Tesla berdiameter 1 meter dan tinggi 1 meter. Magnet ini
berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang datang berdasarkan momentum
dan muatan. Arah pembelokan gerak partikel di dalam medan magnet bergantung
apakah partikel tersebut materi atau antimateri, sedangkan gradien pembelokkan
ditentukan oleh kecepatan partikel tersebut. Dengan demikian, detektor dapat
membedakan jenis-jenis partikel yang beraneka ragam dalam sinar kosmik.
2.7 Radiasi Sinar Kosmik
Radiasi kosmik terdiri dari radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar
angkasa yang masuk ke atmosfir bumi (radiasi kosmik primer), partikel sekunder
dan gelombang elektromagnetik yang terjadi akibat interaksi radiasi kosmik
primer dengan inti atom yang ada di atmosfir.
a). Radiasi Kosmik
Primer
Bagian terbesar dari radiasi kosmik primer adalah radiasi Bima Sakti primer
yang berasal dari sistem tata surya, terutama partikel yang berasal dari flare
matahari seperti partikel proton (90 %) dan partikel alfa (10%). Selain
itu, dalam jumlah yang kecil terdapat inti atom berat, elektron, foton, dan
neutrino. Besarnya fluks radiasi kosmik yang masuk ke bumi dipengaruhi oleh
medan magnet bumi dan aktivitas matahari. Di daerah pada garis lintang rendah,
partikel berenergi rendah dibelokkan kembali ke angkasa, sehingga fluks radiasi
kosmik pada daerah tersebut lebih rendah dari pada fluks di daerah pada garis
lintang tinggi (efek posisi lintang). Partikel proton berenergi rendah dari
radiasi Bima Sakti primer menunjukkan fluktuasi dengan periode 11 tahun sesuai
dengan aktivitas matahari (modulasi). Fluks partikel tersebut akan menjadi
sangat kecil pada saat aktivitas matahari sangat tinggi, sebaliknya pada saat
aktivitas matahari paling kecil fluksnya menjadi paling besar.
b). Radiasi Kosmik
Sekunder
Setelah memasuki atmosfir, radiasi kosmik primer akan mengalami berbagai
reaksi dengan inti atom yang ada di atmosfir dan menghasilkan partikel dan inti
atom yang baru. Partikel radiasi kosmik berenergi tinggi mengalami reaksi inti
yang disebut reaksi tumbukan dengan inti atom udara dan menghasilkan materi
hasil reaksi partikel sekunder seperti neutron, proton, p meson, K meson dan
lain-lain, serta inti He-3 (helium), Be-7 (berilium), Na-22 (natrium).
Selanjutnya partikel proton, neutron, p meson berenergi tinggi bereaksi dengan
inti atom ,yang ada di udara, dan menghasilkan partikel sekunder lebih banyak (cascade).
Kemudian p meson meluruh dan berubah menjadi muon atau foton dan menghasilkan
penggandaan jenis yang lain. Partikel yang terjadi disebut radiasi kosmik sekunder. Selain itu, H-3,
Be-7, Na-22 adalah materi yang memancarkan radiasi. Materi ini disebut
radionuklida kosmogenik dan dianggap berbeda dengan radiasi kosmik sekunder.
Radiasi kosmik dapat sampai ke permukaan bumi dan mengionisasi udara.
Besarnya ionisasi udara di sekitar permukaan laut sekitar 75% disebabkan
oleh elektron yang lepas karena tumbukan muon, dan 15% disebabkan oleh electron
yang terjadi akibat peluruhan muon. Selain itu, neutron yang merupakan bagian
dari radiasi kosmik memberikan dosis efektif tahunan sekitar 8% dari partikel
yang dihasilkan karena ionisasi. Intensitas radiasi kosmik juga bervariasi
bergantung pada ketinggian. Pada ketinggian 2.000 m jumlah ionisai yang terjadi
sekitar 2 kali jumlah ionisasi di permukaan laut, pada ketinggian 5.000 m
sekitar 10 kali, dan pada ketinggian 10.000 m sekitar 100 kali.
2.8
Bahaya Radiasi
Terhadap Manusia
Jika radiasi mengenai tubuh manusia,
ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau
hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat
pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi
yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom)
yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi
radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui
peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian
dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis
adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari
80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya
ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari
atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan
dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul
yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel
serta menggandakan dirinya sendiri.
Efek kerusakan yang terjadi tergantung kepada:
1. Jumlah (dosis)
2. Lamanya pemaparan
3. Kecepatan pemaparan
4. Banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi
5. Penyebarluasan radiasi di dalam tubuh
Setidaknya ada dua cara bagaimana
radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat
mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA.
Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA
berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada
DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan
efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan
genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis
radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan
dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada
kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan
mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya
karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen
dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah
diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker
pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia
bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada
lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara
gradual (sedikit demi sedikit). Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis,
setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga
efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Efek radiasi yang langsung terlihat
ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis
radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang. Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu
yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal.
Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa
minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan
dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh
akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda
bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya
mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka
waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga
sebagai periode laten.
Efek radiasi yang tidak langsung
terlihat ini disebut Efek Stokastik. Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi,
namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga
bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik
ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan
efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat
berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan
efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Cara
Mengurangi Bahaya Radiasi
Radiasi eksternal non-alamiah dapat kita kurangi dengan beberapa cara,
antara lain adalah:
a. Pembatasan kuantitas dan jenis radiasi
yang dipakai.
b. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi.
c. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi. Intensitas
radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak terhadap sumbernya. Maka
jangan terlalu dekat dengan zat-zat radioaktif, layar TV, peralatan sinar X yang sedang bekerja.
d. Mengurangi lama eksposur. Makin lama kita terkena radiasi, dampak yang
kita terima juga semakin besar, karena dampak
radiasi bersifat kumulatif.
e.
Memasang
pelindung. Intensitas radiasi akan turun
secara eksponensial terhadap ketebalan suatu bahan pelindung. Untuk radiasi
elektromagnetik bahan yang paling efektif sebagai pelindung adalah timbal(Pb).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
i.
Sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi
yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron,
proton dan bahkan inti atom seperti besi atau yang lebih berat lagi.
ii.
Sinar kosmik dapat memiliki energi lebih
dari 1020 eV, jauh lebih tinggi dari 1012-1013 eV dari yang dihasilkan oleh
akselerator partikel Terestrial.
iii.
Komposisi sinar kosmik terbagi 2 yakni
komposisi primer dan komposisi skunder
iv.
Aliran sinar kosmik mengikuti arah
aliran angina matahari
v.
Cara mendeteksi sinar kosmik yakni
dengan: (a). Deteksi oleh partikel track-etch teknik, (b). Deteksi dengan mandi
udara
vi.
Efek
kerusakan yang terjadi tergantung kepada:
1. Jumlah (dosis)
2. Lamanya pemaparan
3. Kecepatan pemaparan
4. Banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi
5. Penyebarluasan radiasi di dalam tubuh
ada daftar pustakanya ga?
BalasHapusBetMGM launches BetMGM NJ sportsbook in New Jersey
BalasHapusThe BetMGM 안산 출장샵 NJ mobile sportsbook in New Jersey is 수원 출장샵 getting a special welcome offer 영천 출장마사지 in its 춘천 출장마사지 place in 양주 출장샵 NJ. BetMGM has been in the business since 2019 and has