Kamis, 05 Mei 2016

Sinar Kosmik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setiap detiknya Bumi kita selalu dilewati oleh partikel berenergi tinggi yang disebut dengan Sinar Kosmik. Sinar kosmik diprediksi berasal dari ledakan supernova yang menghasilkan beragam partikel, salah satunya adalah partikel kosmik. Dalam partikel kosmik ini terdapat sub atom seperti proton, helium (partikel alpha), dan elektron. Dimana masing-masing sub atom memiliki persentase yang berbeda-beda yang terkandung dalam sinar kosmik. Sinar kosmik yang masuk ke dalam atmosfer Bumi akan bertabrakan dengan partikel dalam atmosfer seperti oksigen dan nitrogen dan akan mengakibatkan hujan sinar kosmik.
Aliran sinar kosmik sendiri dipengaruhi oleh arah medan angin matahari, dimana medan magnet Bumi akan berperan mengalihkan sebagian dari sinar kosmik ini, sehingga menimbulkan pengamatan bahwa aliran ini rupanya tergantung pada lintang, bujur, dan sudut azimut. Garis-garis medan magnet ini membelokkan sinar kosmik ke arah kutub, sehingga menimbulkan aurora.
Sinar kosmik selalu menimbulkan radiasi. Jenis radiasi yang ditimbulkan oleh sinar kosmik ini berupa radiasi partikel. Dimana radiasi partikel adalah pancaran energi dalam bentuk energi kinetik yang dibawa oleh partikel-partikel bermassa, seperti elektron, dan sebagainya. Penting untuk kita mengetahui radiasi yang ditimbulkan oleh sinar kosmik ini, mengingat setiap saat Bumi kita selalu dihujani oleh sinar kosmik. Energi sinar kosmik yang paling besar adalah terdapat di tempat tertinggi Bumi.
Dalam makalah ini akan disampaikan banyak informasi mengenai sinar kosmik hingga radiasi yang ditimbulkannya. Radiasi yang ditimbulakan hampir sama dengan radiasi yang ditimbulkan partikel lainnya. Karna sinar kosmik tersusun atas partikel seperti elektron, proton, maupun partikel alpha.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah penemuan sinar kosmik ?
2.      Apa pengertian sinar kosmik ?
3.      Bagaimana spektrum energi untuk sinar kosmik ?
4.      Apa komposisi penyusun sinar kosmik ?
5.      Bagaimana aliran sinar kosmik ?
6.      Bagaimana teknik mendeteksi sinar kosmik di permukaan Bumi ?
7.      Apa jenis radiasi yang ditimbulkan oleh sinar kosmik ?
8.      Bagaimana efek radiasi secara umum terhadap tubuh manusia ?



BAB II
ISI

2.1 Penemuan Sinar Kosmik
            Adanya radiasi kosmik (energi dalam bentuk gelombang atau partikel) pertama kali ditemukan pada tahun 1912 oleh fisikawan Austria-Amerika Victor Hess selama penerbangan balon udara panas. Hess mencoba untuk mengukur latar belakang radiasi yang tampaknya datang dari mana-mana. Semakin tinggi balon terbang, maka lebih banyak radiasi yang ia temukan. Hess menyimpulkan bahwa ada radiasi yang masuk ke atmosfer kita berasal dari luar angkasa. Meskipun fisikawan Amerika Robert A. Millikan menamai partikel energi ini dengan sinar kosmik” pada tahun 1925, namun diapun tidak tahu terbuat dari apa partikel energi ini. Sejak beberapa dekade, fisikawan telah banyak mempelajari tentang sinar kosmik ini.
Sepuluh tahun terakhir, para ilmuwan melakukan sebuah percobaan ambisius. Percobaan itu berupaya menjelaskan sinar kosmik dan partikel yang sulit dipahami, yang dikenal sebagai neutrino. Mereka mengubur ribuan sensor di bawah permukaan es Antartika sepanjang lebih dari satu mil. Sensor itu untuk merekam kilatan cahaya biru yang dilepaskan pada saat sinar dan partikel berenergi tinggi bertabrakan dengan atom dalam es.
Dengan merekam pola cahaya dari tabrakan, itu memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan dari galaksi manakah mereka berasal. Analisa tersebut dibangun berdasarkan hasil Ice Cube Neutrino Observatory, atau yang disebut dengan 'Teleskop' oleh ilmuwan, yang dibangun jauh di dasar lapisan es Antartika. Para ilmuwan berharap bahwa ketika observatorium selesai, mereka nantinya dapat mengidentifikasi aliran energi tinggi sinar kosmik dan neutrino yang melewati galaksi secara akurat. "Sinar Kosmik ditemukan 100 tahun lalu, tetapi kita masih tidak tahu dari mana mereka berasal" kata Profesor Subir Sarkar, seorang astrofisikawan di Oxford University yang memimpin keterlibatan Inggris pada percobaan Ice Cube.
Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal dari sisa-sisa bintang mati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sinar kosmik galaksi dapat mengubah iklim bumi, mempengaruhi cuaca, memicu badai dan menutupi awan. Belum ada jawaban yang pasti akan teori ini. Namun, ilmuwan berharap agar mereka menemukan jawabannya lewat eksperimen IceCube. Antartika adalah tempat terbaik untuk melakukan eksperimen ini. Dikarnakan permukaan es-nya sangat jelas, hampir sepenuhnya bebas dari gelembung udara dan distorsi lainnya.
Sinar kosmik tersusun dari aneka ragam partikel sub atom. Ini artinya mereka adalah partikel yang merupakan bagian dari atom atau lebih kecil dari atom. Sebagian besar sinar kosmik adalah proton. Yang lainnya tersusun dari inti beberapa jenis atom, sehingga memiliki proton dan neutron. Yang paling umum adalah inti atom helium, yang memiliki 2 proton dan 2 neutron (partikel alpha). Yang lain adalah inti karbon, oksigen, besi, kalsium dan tipe atom lainnya. Sejumlah kecil sinar kosmik adalah elektron. Tidak peduli apa, sinar kosmik bergerak sangat cepat dan memiliki energi sangat besar. Kebanyakan partikel yang mencapai Bumi terbentuk ketika radiasi dari luar angkasa berinteraksi dengan partikel yang ada di atmosfer dan dihambat oleh lapisan ozon.

2.2 Pengertian dan Sumber Sinar Kosmik
            Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom seperti besi atau yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel tersebut berasal dari proses-proses energi tinggi di dalam galaksi, misalnya seperti supernova. Dalam perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan medium antarbintang dan kemudian atmosfer bumi sebelum mencapai detektor.
Sumber radiasi kosmik (kosmogenesis) berasal dari luar sistem tata surya kita, dan dapat berupa berbagai macam radiasi. Radiasi kosmik ini berinteraksi dengan atmosfir bumi dan membentuk nuklida radioaktif yang sebagian besar mempunyai umur-paro pendek, walaupun ada juga yang mempunyai umur-paro panjang. Radiasi kosmik juga sebuah bentuk radiasi elektromagnet yang ada di seluruh alam semesta. Radiasi kosmik adalah salah satu sumber utama radiasi latar belakang di Bumi. Radiasi latar belakang adalah radiasi yang selalu ada di lingkungan; ia dapat berasal dari sumber alam seperti gas radon dan dari sumber buatan manusia seperti pembangkit listrik tenaga nuklir. Radiasi latar belakang kosmik khusus ada di lingkungan yang berasal dari matahari dan sumber lain di luar angkasa. Sumber lain radiasi kosmik yang paling penting bagi astronomi adalah radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) karena berasal langsung dari Big Bang.

2.3 Spektrum Energi untuk Sinar Kosmik
Berbagai energi partikel mencerminkan berbagai sumber. Ada bukti bahwa sinar kosmik dengan energi yang sangat tinggi dihasilkan selama periode jauh lebih lama dari ledakan sebuah bintang tunggal atau peristiwa galaksi tiba-tiba. Mekanisme tidak jelas produksi sinar kosmis pada galaksi ini adalah sebagian hasil dari fakta bahwa medan magnet di galaksi kita dan galaksi lain berbentuk tikungan, sehingga sinar kosmik tiba hampir secara acak dari segala arah. Sinar kosmik dapat memiliki energi lebih dari 1020 eV, jauh lebih tinggi dari 1012-1013 eV dari yang dihasilkan oleh akselerator partikel Terestrial.
Sinar kosmik yang diperkaya dengan lithium, berilium, dan boron berkaitan dengan kelimpahan relatif dari unsur-unsur di alam semesta dibandingkan dengan hidrogen dan helium, dan dengan demikian dianggap memiliki peran utama dalam sintesis ketiga unsur melalui proses "sinar kosmik nukleosintesis ". Mereka juga menghasilkan beberapa isotop stabil dan radioisotop cosmogenic di Bumi, seperti karbon-14. Dalam sejarah fisika partikel, sinar kosmik adalah sumber penemuan positron, muon, dan pi meson.
Sinar kosmik membentuk bagian dari radiasi latar belakang alam di Bumi, rata-rata sekitar 10-15% dari itu. Namun, orang yang hidup di ketinggian yang lebih tinggi dapat memperoleh beberapa kali lebih banyak radiasi kosmik dari pada permukaan laut, dan awak penerbangan jarak jauh dapat melipatgandakan radiasi pengion paparan tahunan mereka. Karena intensitas sinar kosmik jauh lebih besar di luar atmosfer bumi dan medan magnet, diharapkan memiliki dampak besar pada desain pesawat ruang angkasa yang aman dapat mengangkut manusia dalam ruang antarplanet.

2.4 Komposisi Sinar Kosmik
Sinar kosmik secara luas dapat dibagi menjadi dua kategori yakni:
(1)   Sinar kosmik yang berasal dari sumber astrofisika adalah sinar kosmik primer.
(2)   Sinar kosmik primer yang berinteraksi dengan antar materi kemudian menciptakan sinar kosmik sekunder.
Matahari juga memancarkan sinar kosmik energi yang rendah terkait dengan jilatan api matahari. Hampir 90% sinar kosmik proton, sekitar 9% adalah inti helium (alfa partikel) dan hampir 1% adalah elektron. Rasio hidrogen untuk inti helium (28%) adalah sama sebagai rasio kelimpahan primordial unsur elemen ini (24%). Fraksi yang tersisa terdiri dari inti berat lainnya yang berupa produk akhir sintesis nuklir, produk dari Big Bang, terutama lithium, berilium, dan boron. Inti cahaya muncul dalam sinar kosmik dalam kelimpahan yang jauh lebih besar dibandingkan pada atmosfer matahari, di mana kelimpahan mereka adalah sekitar 10-9% helium.
Perbedaan kelimpahan adalah hasil dari sinar kosmik sekunder terbentuk. Karbon dan oksigen inti bertabrakan dengan materi antar bintang untuk membentuk lithium, berilium dan boron dalam proses yang disebut spallation sinar kosmik. Spallation juga bertanggung jawab untuk menunjukkan jumlah ion skandium, titanium, vanadium, dan mangan dalam sinar kosmik yang dihasilkan oleh tabrakan inti besi dan nikel dengan materi antar bintang.
Eksperimen satelit telah menemukan bukti dari beberapa antiproton dan positron dalam sinar kosmik primer, meskipun tidak ada bukti dari inti atom antimateri kompleks, seperti anti-helium inti (anti-alpha) partikel. Antiproton tiba di Bumi dengan maksimal energi karakteristik dari 2 GeV, menunjukkan produksi mereka dalam proses fundamental berbeda dari proton sinar kosmis.

2.5 Aliran Sinar Kosmik

Fluks sinar kosmik yang masuk pada bagian atas atmosfer tergantung pada angin matahari, medan magnet bumi, dan energi dari sinar kosmik. Angin matahari berkurang kecepatannya maka partikel yang masuk dan beberapa blok partikel dengan energi sekitar 1 GeV. Jumlah angin matahari tidak konstan karena perubahan aktivitas matahari. Dengan demikian, tingkat fluks sinar kosmik bervariasi dengan aktivitas matahari. Medan magnet bumi mengalihkan sebagian dari sinar kosmik, sehingga menimbulkan pengamatan bahwa fluks ini rupanya tergantung pada lintang, bujur, dan sudut azimut. Garis-garis medan magnet membelokkan sinar kosmik ke arah kutub, sehingga menimbulkan aurora.
Di masa lalu, diyakini bahwa fluks sinar kosmik tetap cukup konstan sepanjang waktu. Namun, penelitian terbaru menunjukkan 1,5 sampai 2 kali lipat milenium-skala waktu perubahan fluks sinar kosmik dalam 40.000 tahun terakhir. Besarnya energi fluks sinar kosmik di ruang antar bintang sangat sebanding dengan energi lain di ruang dalam: rata-rata kepadatan energi sinar kosmik sekitar 1 eV/cm3, yang sebanding untuk kepadatan energi dari cahaya bintang sebesar 0,3 eV/cm3, kepadatan energi magnetik bidang galaksi (diasumsikan 3 microgauss) yakni sekitar 0,25 eV/cm3.
Namun, sinar kosmik, tidak seperti komponen energi lain, terdiri dari partikel pengion dan ini jauh lebih merusak proses biologi. Sebagaimana dicatat, sinar kosmik menghasilkan rata-rata 10-15% dari radiasi latar belakang pengion pada manusia di Bumi, tetapi ini dapat berkali-kali lebih besar untuk orang yang hidup pada ketinggian yang lebih tinggi.

2.6 Deteksi Pada Sinar Kosmik
a. Deteksi oleh partikel track-etch teknik
Dalam teknik perintis yang dikembangkan oleh Robert Fleischer, P. Buford dan Robert M. Walker, lembar plastik bening, seperti 1/4 mil Lexan polikarbonat ditumpuk bersama-sama dan terkena langsung sinar kosmik di tempat dataran tinggi. Muatan inti menyebabkan ionisasi dalam plastik. Namun pada bagian atas tumpukan plastik, ionisasi sedikit karena kecepatan tinggi sinar kosmik. Kecepatan sinar kosmik menurun karena perlambatan dalam tumpukan yang menyebabkan ionisasi meningkat sepanjang tumpukan.
Lembaran plastik yang dihasilkan "tergores" perlahan dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida hangat kaustik. Natrium hidroksida kaustik larut di tingkat yang lebih cepat di sepanjang tumpukan plastik terionisasi. Hasil akhirnya adalah sebuah lubang berbentuk kerucut atau lubang etch di plastik. Lubang etch ini diukur dalam mikroskop daya tinggi (biasanya 1600X minyak imersi), dan tingkat etch diplot sebagai fungsi dari kedalaman dalam tumpukan plastic. Ini menghasilkan kurva unik untuk setiap inti atom dari Z192, dan memungkinkan identifikasi baik energi dari sinar kosmik yang melintasi tumpukan plastik. Semakin luas ionisasi sepanjang tumpukan, maka semakin tinggi energinya. Teknik ini telah digunakan tidak  untuk mendeteksi hanya sinar kosmik, tapi fisi inti produk untuk detektor neutron.
b. Deteksi dengan mandi udara
Ketika sinar kosmik memasuki atmosfir bumi mereka bertabrakan dengan molekul, terutama oksigen dan nitrogen untuk menghasilkan riam miliaran partikel yang lebih ringan hal ini di sebut dengan mandi udara. Semua partikel yang dihasilkan tetap dalam waktu sekitar satu derajat jalan partikel primer. Partikel khas yang diproduksi pada tabrakan tersebut misalnya positif dan negatif pion dan kaons. Ini kemudian membusuk menjadi muon yang mudah terdeteksi oleh berbagai jenis detektor partikel.
Sebuah piranti pendeteksi sinar kosmik dan bahkan mungkin sekaligus melacak kehadiran Dark Matter telah mengorbit pada wahana Endeavour. Detektor tersebut bernama Alpha Magnetic Spectrometer (AMS), hasil rancangan nobelis fisika Samuel Ting. AMS akan segera diinstal pada stasiun ruang angkasa internasional ISS (International Space Station). Ting merancang AMS pada tahun 90-an, tapi mengalami sejumlah kendala sehingga tertunda, salah satunya karena musibah yang menimpa ruang angkasa Columbia saat masuk ke atmosfer Bumi tahun 2003.
Peluncuran AMS juga menandai akhir dari era eksplorasi ruang angkasa karena ini merupakan misi terakhir program wahana ulang-alik NASA. Peluncuran dilakukan dari Kennedy Space Center di Florida disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang memimpin perayaan peringatan 30 tahun program wahana ruang angkasa NASA. Detektor AMS menggunakan magnet silinder 0,15 Tesla berdiameter 1 meter dan tinggi 1 meter. Magnet ini berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang datang berdasarkan momentum dan muatan. Arah pembelokan gerak partikel di dalam medan magnet bergantung apakah partikel tersebut materi atau antimateri, sedangkan gradien pembelokkan ditentukan oleh kecepatan partikel tersebut. Dengan demikian, detektor dapat membedakan jenis-jenis partikel yang beraneka ragam dalam sinar kosmik.


2.7 Radiasi Sinar Kosmik
Radiasi kosmik terdiri dari radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar angkasa yang masuk ke atmosfir bumi (radiasi kosmik primer), partikel sekunder dan gelombang elektromagnetik yang terjadi akibat interaksi radiasi kosmik primer dengan inti atom yang ada di atmosfir.
a). Radiasi Kosmik Primer
Bagian terbesar dari radiasi kosmik primer adalah radiasi Bima Sakti primer yang berasal dari sistem tata surya, terutama partikel yang berasal dari flare matahari seperti partikel proton (90 %) dan partikel alfa (10%). Selain itu, dalam jumlah yang kecil terdapat inti atom berat, elektron, foton, dan neutrino. Besarnya fluks radiasi kosmik yang masuk ke bumi dipengaruhi oleh medan magnet bumi dan aktivitas matahari. Di daerah pada garis lintang rendah, partikel berenergi rendah dibelokkan kembali ke angkasa, sehingga fluks radiasi kosmik pada daerah tersebut lebih rendah dari pada fluks di daerah pada garis lintang tinggi (efek posisi lintang). Partikel proton berenergi rendah dari radiasi Bima Sakti primer menunjukkan fluktuasi dengan periode 11 tahun sesuai dengan aktivitas matahari (modulasi). Fluks partikel tersebut akan menjadi sangat kecil pada saat aktivitas matahari sangat tinggi, sebaliknya pada saat aktivitas matahari paling kecil fluksnya menjadi paling besar.
b). Radiasi Kosmik Sekunder
Setelah memasuki atmosfir, radiasi kosmik primer akan mengalami berbagai reaksi dengan inti atom yang ada di atmosfir dan menghasilkan partikel dan inti atom yang baru. Partikel radiasi kosmik berenergi tinggi mengalami reaksi inti yang disebut reaksi tumbukan dengan inti atom udara dan menghasilkan materi hasil reaksi partikel sekunder seperti neutron, proton, p meson, K meson dan lain-lain, serta inti He-3 (helium), Be-7 (berilium), Na-22 (natrium). Selanjutnya partikel proton, neutron, p meson berenergi tinggi bereaksi dengan inti atom ,yang ada di udara, dan menghasilkan partikel sekunder lebih banyak (cascade). Kemudian p meson meluruh dan berubah menjadi muon atau foton dan menghasilkan penggandaan jenis yang lain. Partikel yang terjadi disebut radiasi kosmik sekunder. Selain itu, H-3, Be-7, Na-22 adalah materi yang memancarkan radiasi. Materi ini disebut radionuklida kosmogenik dan dianggap berbeda dengan radiasi kosmik sekunder. Radiasi kosmik dapat sampai ke permukaan bumi dan mengionisasi udara.
Besarnya ionisasi udara di sekitar permukaan laut sekitar 75% disebabkan oleh elektron yang lepas karena tumbukan muon, dan 15% disebabkan oleh electron yang terjadi akibat peluruhan muon. Selain itu, neutron yang merupakan bagian dari radiasi kosmik memberikan dosis efektif tahunan sekitar 8% dari partikel yang dihasilkan karena ionisasi. Intensitas radiasi kosmik juga bervariasi bergantung pada ketinggian. Pada ketinggian 2.000 m jumlah ionisai yang terjadi sekitar 2 kali jumlah ionisasi di permukaan laut, pada ketinggian 5.000 m sekitar 10 kali, dan pada ketinggian 10.000 m sekitar 100 kali.

2.8 Bahaya Radiasi Terhadap Manusia

Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri.
Efek kerusakan yang terjadi tergantung kepada:
1. Jumlah (dosis)
2. Lamanya pemaparan
3. Kecepatan pemaparan
4. Banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi
5. Penyebarluasan radiasi di dalam tubuh
Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit). Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang. Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten.
Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik. Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.

Cara Mengurangi Bahaya Radiasi
Radiasi eksternal non-alamiah dapat kita kurangi dengan beberapa cara, antara lain adalah:
a.       Pembatasan kuantitas dan jenis radiasi yang dipakai.
b.      Menjaga jarak terhadap sumber radiasi.
c.       Menjaga jarak terhadap sumber radiasi. Intensitas radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak terhadap sumbernya. Maka jangan terlalu dekat dengan zat-zat radioaktif, layar TV, peralatan sinar X yang sedang bekerja.
d.      Mengurangi lama eksposur. Makin lama kita terkena radiasi, dampak yang kita terima juga semakin besar, karena dampak radiasi bersifat kumulatif.
e.       Memasang pelindung. Intensitas radiasi akan turun secara eksponensial terhadap ketebalan suatu bahan pelindung. Untuk radiasi elektromagnetik bahan yang paling efektif sebagai pelindung adalah timbal(Pb).


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
        i.            Sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom seperti besi atau yang lebih berat lagi.
      ii.            Sinar kosmik dapat memiliki energi lebih dari 1020 eV, jauh lebih tinggi dari 1012-1013 eV dari yang dihasilkan oleh akselerator partikel Terestrial.
    iii.            Komposisi sinar kosmik terbagi 2 yakni komposisi primer dan komposisi skunder
    iv.            Aliran sinar kosmik mengikuti arah aliran angina matahari
      v.            Cara mendeteksi sinar kosmik yakni dengan: (a). Deteksi oleh partikel track-etch teknik, (b). Deteksi dengan mandi udara
    vi.            Efek kerusakan yang terjadi tergantung kepada:
1. Jumlah (dosis)
2. Lamanya pemaparan
3. Kecepatan pemaparan
4. Banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi

5. Penyebarluasan radiasi di dalam tubuh

2 komentar:

  1. BetMGM launches BetMGM NJ sportsbook in New Jersey
    The BetMGM 안산 출장샵 NJ mobile sportsbook in New Jersey is 수원 출장샵 getting a special welcome offer 영천 출장마사지 in its 춘천 출장마사지 place in 양주 출장샵 NJ. BetMGM has been in the business since 2019 and has

    BalasHapus